Proses Pembentukan Urine
Proses pembentukan urine terjadi di dalam ginjal. Pembentukan urine ini terjadi melalui serangkaian proses filtrasi (penyaringan zat-zat sisa yang beracun), reabsorpsi (penyerapan kembali zat-zat yang masih diperlukan tubuh), dan augmentasi (penambahan zat sisa yang tidak diperlukan lagi oleh tubuh).
Skema proses pembentukan urine
1) Filtrasi
Pembentukan urine diawali dengan filtrasi yang terjadi di dalam kapiler glomerulus, yaitu kapiler darah yang bergelung-gelung di dalam kapsula Browman. Filtrasi berlangsung pada saat darah masuk ke nefron melalui arteriola aferen. Pada saat darah melalui arteriola aferen ini, tekanan darah relatif cukup tinggi, sedangkan tekanan darah di arteriola eferen relatif cukup rendah. Kondisi ini terjadi karena diameter arteriola aferen lebih besar dan ukurannya lebih pendek dibandingkan dengan arteriola eferen. Keadaan inilah yang mengakibatkan terjadinya filtrasi. Pada saat itu, berliter-liter darah didorong ke ruang glomerulus yang berukuran kecil.
Pembentukan urine diawali dengan filtrasi yang terjadi di dalam kapiler glomerulus, yaitu kapiler darah yang bergelung-gelung di dalam kapsula Browman. Filtrasi berlangsung pada saat darah masuk ke nefron melalui arteriola aferen. Pada saat darah melalui arteriola aferen ini, tekanan darah relatif cukup tinggi, sedangkan tekanan darah di arteriola eferen relatif cukup rendah. Kondisi ini terjadi karena diameter arteriola aferen lebih besar dan ukurannya lebih pendek dibandingkan dengan arteriola eferen. Keadaan inilah yang mengakibatkan terjadinya filtrasi. Pada saat itu, berliter-liter darah didorong ke ruang glomerulus yang berukuran kecil.
Di glomerulus terdapat sel-sel
endotelium kapiler yang berpori (podosit), membran basiler, dan epitel
kapsula Bowman, yang dapat mempermudah proses filtrasi. Selain struktur
glomerulus tersebut faktor lain yang mempermudah proses filtrasi yaitu
tekanan hidrostatik dan tekanan osmotik. Tekanan hidrostatik (TH) yaitu
tekanan darah terhadap dinding pembuluh.
Sementara
itu, tekanan osmotik (TO) yaitu tekanan yang dikeluarkan oleh air
(pelarut lain) pada membran filtrasi. Permeabilitas membran ini
100–1.000 kali lebih permeabel dibandingkan dengan permeabilitas kapiler
pada jaringan lain. Pada proses filtrasi ini sel-sel darah, trombosit,
dan sebagian besar protein plasma disaring dan diikat agar tidak turut
dikeluarkan. Sementara itu, zat-zat kecil terlarut dalam plasma darah
seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida bikarbonat, garam
lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan. Hasil
saringan tersebut merupakan urine primer (filtrat glomerulus). Jadi, urine primer
komposisinya masih serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein
dan tidak mengandung elemen seluler, contoh sel darah merah. Cairan filtrasi dari glomerulus ini akan masuk ke tubulus dan mengalami reabsorpsi.
2) ReabsorpsiPada proses ini terjadi reabsorpsi zat-zat berikut.
a) Reabsorpsi airPada
keadaan normal, sekitar 99% dari air yang menembus membran filtrasi
akan direabsorpsi sebelum mencapai ureter. Reabsorpsi terjadi di tubulus
kontortus proksimal yang dilakukan secara pasif melalui proses osmosis.
Perlu Anda ketahui bahwa setiap hari tubulus ginjal mereabsorpsi lebih
dari 178 liter air, 1.200 gram garam, dan 150 gram glukosa.
b) Reabsorpsi zat tertentu
Reabsorpsi zat-zat tertentu dapat terjadi secara transpor aktif dan difusi. Zat-zat yang mengalami transpor aktif pada tubulus kontortus proksimal yaitu
ion Na+, K +, PO4–, NO3–, glukosa, dan asam amino. Ion Na+ mengalami difusi dari sel tubulus menuju pembuluh kapiler. Difusi ini terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel tubulus. Difusi tersebut dapat meningkat karena permeabilitas sel tubulus yang tinggi terhadap ion
natrium. Permeabilitas yang tinggi ini disebabkan oleh banyaknya mikrovilli yang memperluas permukaan tubulus. Proses reabsorpsi ini memerlukan energi dan dapat berlangsung terus-menerus.
Reabsorpsi zat-zat tertentu dapat terjadi secara transpor aktif dan difusi. Zat-zat yang mengalami transpor aktif pada tubulus kontortus proksimal yaitu
ion Na+, K +, PO4–, NO3–, glukosa, dan asam amino. Ion Na+ mengalami difusi dari sel tubulus menuju pembuluh kapiler. Difusi ini terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel tubulus. Difusi tersebut dapat meningkat karena permeabilitas sel tubulus yang tinggi terhadap ion
natrium. Permeabilitas yang tinggi ini disebabkan oleh banyaknya mikrovilli yang memperluas permukaan tubulus. Proses reabsorpsi ini memerlukan energi dan dapat berlangsung terus-menerus.
c) Reabsorpsi zat yang penting bagi tubuh
Zat-zat penting bagi tubuh yang secara aktif direabsorpsi yaitu protein, asam amino, glukosa, asam asetoasetat, dan vitamin. Glukosa dan asam asetoasetat merupakan sumber energi, sedangkan protein dan asam amino merupakan bahan pengganti sel yang telah rusak. Zat-zat tersebut direabsorpsi secara aktif di tubulus kontortus proksimal sehingga tidak akan ditemukan lagi di lengkung Henle. Pada saluran menurun lengkung Henle, reabsorpsi air terus berlangsung selama filtrat itu bergerak di sepanjang tubula tersebut.
Zat-zat penting bagi tubuh yang secara aktif direabsorpsi yaitu protein, asam amino, glukosa, asam asetoasetat, dan vitamin. Glukosa dan asam asetoasetat merupakan sumber energi, sedangkan protein dan asam amino merupakan bahan pengganti sel yang telah rusak. Zat-zat tersebut direabsorpsi secara aktif di tubulus kontortus proksimal sehingga tidak akan ditemukan lagi di lengkung Henle. Pada saluran menurun lengkung Henle, reabsorpsi air terus berlangsung selama filtrat itu bergerak di sepanjang tubula tersebut.
Di saluran menurun
ini, epitelium transpor sangat permeabel terhadap air, tetapi sangat
tidak permeabel terhadap garam dan zat terlarut lainnya. Berkebalikan
dengan saluran menurun, saluran menaik lengkung Henle lebih permeabel
terhadap garam dan tidak permeabel terhadap air.
Setelah terjadi reabsorpsi di tubulus kontortus proksimal dan sepanjang saluran lengkung Henle, tubulus akan menghasilkan urine sekunder.
Pada urine sekunder ini zatzat yang masih diperlukan tidak akan
ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang
bersifat racun akan bertambah, misal konsentrasi dari 0,03% dalam urine
primer dapat mencapai 2% dalam urine sekunder.
3) AugmentasiAugmentasi
atau sekresi tubular adalah proses penambahan zat-zat yang tidak
diperlukan oleh tubuh ke dalam tubulus kontortus distal. Sel-sel tubulus
menyekresi ion hidrogen (H+), ion kalium (K+), amonium (NH3), urea, kreatinin, dan racun ke dalam lumen tubulus melalui proses difusi. Ion-ion ini kemudian menyatu dengan urine sekunder.
Penambahan
ion hidrogen pada proses augmentasi sangat penting untuk menjaga
kesetimbangan pH dalam darah. Jika pH dalam darah mulai turun, sekresi
ion hidrogen akan meningkat sampai berada pada keadaan pH normal
(7,3–7,4) dan urine yang dihasilkan memiliki pH sekitar 4,5–7,5. Selain
itu, pada tahap augmentasi ini berlangsung proses pembersihan zat-zat
sisa dari dalam tubuh. Urine yang terbentuk akan disimpan sementara di
kandung kemih. Setelah itu, urine akan dikeluarkan dari tubuh melalui
uretra. Komposisi urine yang dikeluarkan yaitu 96% air, 1,5% garam, 2,5%
urea, dan sisa substansi lain seperti pigmen empedu. Pigmen empedu ini
berfungsi memberi warna pada urine.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar